Gairah sang sopir

Malam itu aku sendirian di rumah, ayahku sedang di kantor sedangkan ibuku sedang ikut seminar yang ada hanya aku dan sopirku yang sekaligus sebagai pembantu di rumahku. Nama sopirku Toni, usianya 35 tahun dan ia sudah menikah tetapi istrinya tinggal di kota lain.

Aku merasakan kecapekan setelah seharian aku jalan-jalan dan aku ingin sekali tidur tetapi entah mengapa aku tidak bisa memejamkan mataku ini lalu aku mempunyai ide untuk menelepon temanku Dita untuk aku ajak ngobrol melalui telepon. Telepon Dita angkat awalnya kami ngobrol biasa saja tetapi tidak tahu kenapa tiba-tiba Dita nafasnya memburu dan terdengar teriakan-teriakan juga suara seorang cowok yang seperti suara pacar Dita. Aku hanya memdengar suara-suara teriakan kesakitan tetapi juga seperti merasakan sesuatu kenikmatan dan teleponpun terputus dengan sendirinya.

Continue reading

Gairah perawan tua 4

Di atas tubuhku Mbak In bergeser pelan, memutar pinggul, goyang kanan kiri. Serba pelan. Kali ini dia tidak banyak bicara. Cuma merem melek sambil ah.., uh.., ah.
Akhirnya aku tidak tahan. Vagina perawan tua itu tiba-tiba seperti menyempit dan menyedot penisku.
“Mbak, Aku mau keluar., Mbak!”, Mbak In cuma menciumku dengan mesara. Keringatnya menetes di wajahku. Aku tidak ingat apa-apa lagi. Rasanya seluruh cairan kelelakianku tersedeot. Seluruh tubuhku seperti diperas. Inilah orgasme hebat yang jarang kualami. Ternyata aku tidak muncrat, cuma mengalir pelan tapi banyak maninya. Saat itu juga Mbak In orgasme. Tubuhnya mengejang, menggelepar di atas tubuhku, dengan keringat membasahi tubuh. Bau ketiaknya kian merangsang.

Continue reading

Gairah perawan tua 3

Dengan jari kuelus permukaan vaginanya. Dia menggelinjang. Dua jempolku kembali menempel di kedua sisi bibir vaginanya, sehingga bisa merentang mulut vagina.
“Namanya apa sih Mbak?”, aku menggoda.
“Bego kalo kamu nggak tahu!”.
Aku terus menggoda, “Namanya apa sih? Sebutin dong, Mbak..”.
“Payah kamu! Udah sering ngerasain, sering nyoba, masih nggak tau juga”.
Aku diam saja, nggaktidak melakukan tindakan pada pemandangan di depan mukaku itu.
“Apa dong Mbak namanya?”.
“Tauk ah!”.
“Apa dong?”.
“Dikira-kira sendiri. tau?”.
“Apa dong?”.
“Ahh.., bawel amat sih!”.
“Apa dong.., lleelelelhett.., sebutin dong llelelelelhet”, aku menggodanya sembari memainkan lidah di labia dan kclit.

Continue reading

Gairah perawan tua 2

Tangan Mbak In masih memegangi tanganku. Sekarang matanya terbuka. Dia tersenyum. Aku kecup bibirnya, lembut lalu pipinya, telinganya, tengkuknya.
“Apa lagi sekarang, Gus?”, bisiknya.
Kulepaskan pegangan tangannya lalu kutuntun untuk melingkarkan tangan kanannya ke belakang, ke leherku, karena aku kan berdiri di belakangnya. Kucium lehernya.., Kurasakan debar jantungnya, dan bunyi nafasnya yang mengeras.., sepertinya dia bernafas dengan mulut. Lantas aku beralih ke bahunya yang terbuka. Kuangkat tangan kirinya untuk memegangi tengkuknya sendiri.

Continue reading

Gairah Perawan tua

Namaku Bagus Hermanto. Kini aku berumur 25 thn. Aku mengenal seks sejak umur 18 thn. Diajari oleh Mbak Wiwik Widayanti, mahasiswi S2 yang kos di rumahku, di Yogya. Tentu saja secara bertahap, dari pegang-pegang sampai.., tahu sendirilah. Pokoknya butuh tempo sampai 2 bulan baru bisa merasakan hubungan seks tang sebenarnya, bersetubuh dengan Mbak Wiwik.

Setelah itu aku mencoba segala macam wanita, dari pelacur sampai wanita baik-baik. Rasanya sih, aku sudah mempunyai banyak pengalaman. Sudah mengerti semua. Cuma aku tidak pernah merasa kenyang, itu saja problemku.

Continue reading

Gairah bapak kost

Pagi itu kulihat Oom Pram sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kutatap wajahnya dari balik kaca gelap jendela kamarku. Belum terlalu tua, umurnya kutaksir belum mencapai usia 50 tahun, tubuhnya masih kekar wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Hari itu memang aku masih tergeletak di kamar kostku. Sejak kemarin aku tidak kuliah karena terserang flu. Jendela kamarku yang berkaca gelap dan menghadap ke taman samping rumah membuatku merasa asri melihat hijau taman, apalagi di sana ada seorang laki-lai setengah baya yang sering kukagumi. Memang usiaku saat itu baru menginjak dua puluh satu tahun dan aku masih duduk di semester enam di fakultasku dan sudah punya pacar yang selalu rajin mengunjungiku di malam minggu. Toh tidak ada halangan apapun kalau aku menyukai laki-laki yang jauh di atas umurku.

Continue reading

First time

Dengan baju kerjanya tante Juliet terlihat sangat cantik dan seksi. Apabila ia sedang melepas blezernya, buah dadanya tampak padat, ukurannya sedang-sedang saja. Karena ia selalu memakai rok span mini, maka pantatnya terlihat padat dan kencang, karena tercetak dengan sangat jelas di rok spannya yang ketat. Sering kali ketika aku main ke kantornya. Pada waktu itu aku sedang duduk di sofa dan sedang membaca majalah. Aku tidak sengaja melirik ke arah betis tante Juliet yang sangat mulus dan indah, tante Juliet juga selalu memakai sepatu hak tinggi warna hitam yang seksi, sehingga menambah keindahan kaki dan betisnya.

Pernah suatu kali ketika aku sedang melirik betis indahnya tante Juliet, tanpa kusadari ia mengetahuinya dan melihat ke arahku. Begitu aku tiba-tiba sadar dan melihat ke arahnya, aku malu sekali, jantungku berdegup kencang. Namun tante Juliet justru tersenyum kepadaku, yang malah membuatku makin jadi salah tingkah. Tante Juliet memang orangnya ramah dan baik hati, bahkan ia terkadang memberiku hadiah-hadiah kecil seperti mobil. Namun tetap saja apabila aku sedang diajak bicara olehnya, jantung ini berdebar-debar, entah kenapa. Peristiwa yang sangat dahsyat bermula pada saat aku mampir lagi di kantornya. Hari itu sekitar jam 10 pagi, dan aku sedang duduk-duduk sambil baca majalah, namun tiba-tiba tante Juliet datang dengan pakaian kerjanya yang sexy seperti biasa.

Continue reading

Dosenku yang manis

Cerita ini terjadi sewaktu aku menuntut ilmu di ***-**, Malang, Jawa Timur beberapa tahun yang lalu. Di sinilah aku telah kehilangan perjakaku yang aku pertahankan sekian lamanya.

Bu Rini (bukan nama sebenarnya) adalah seorang dosen yang cantik dan pandai. Orangnya kecil molek tapi bodynya mengalahkan anak dara. Dari cerita yang kudengar dia sudah setahun menjanda tanpa ada anak.

Dia mengajar subjek ekonomi mikro. Tiap kali mengajar dia memakai pakaian yang seksi. Kalau dia mengajar semua mata tertuju ke dekat dada dan pahanya yang empuk dan putih, temasuk aku, tapi yang aku rasakan sewaktu dia mengajar dia asyik memperhatikanku.

Continue reading

Bu Lina

Waktu itu siang menjelang sore, aku sendirian di rumah, duduk di sofa di depan televisi. Tapi lama kelamaan aku merasa bosan. Aku memutuskan untuk keluar sebentar mencari rokok, mumpung kedua orang tuaku sedang tidak dirumah, dan aku bisa bebas merokok. Dan aku pun keluar dengan sepeda motorku. Dasar sial warung rokok dekat rumahku tutup semua, dan langit mulai tertutup mendung. Aku ragu sejenak, bingung apakah terus mencari warung yang buka atau pulang saja, tapi setahuku di dekat jalan raya sana ada warung yang buka. Aku memutuskan tetep mencari rokok ke warung di depan sana. Dan memang akhirnya aku bisa mendapatkan rokok di warung itu. Gerimis mulai turun. Ketika aku sedang tergesa-gesa menyalakan mesin motorku, kulihat seseorang yang kukenal.

Continue reading

Bonus Mengintip

Sejak tinggal dirumah nenek, aku bener-bener dimanja soal sex, juga soal duit. Sampai suatu ketika rumah nenek kedatangan tamu dari Manado, namanya Tante Wine. Menurut nenek Tante Wine ini tinggalnya di desa jadi agak kolot gitu. Tapi pas pertama dikenalkan, aku tidak melihat wajah desa dari Tante Wine. Raut muka yang cantik (nggak berbeda jauh dengan nenek Elsa) dengan postur yang semampai lagipula putih bersih membuat orang tidak mengira kalau Tante Wine adalah wanita desa. Satu-satunya yang bisa meyakinkan kalau Tante Wine orang desa adalah logat bahasanya yang bener-bener medok.

Continue reading